Surat kepada Jifir dan Abd Abni, Raja Amman
Surat ini dikirim (kemungkinannya) setelah Fath Makkah, di akhir tahun 8 H atau awal tahun 9 H.
Duta yang membawa surat ini adalah Amr ibn al-’Ash.
Isi suratnya:
بسم الله الرحمن الرحيم .
من محمد رسول الله إلى جيفر وعبد ابني الجلندي، سلام على من اتبع الهدي، أما بعد :
فإني أدعوكما بدعاية الإسلام، أسلما تسلما، فإني رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى الناس كافة، لأنذر من كان حياً ويحق القول على الكافرين، فإنكما إن أقررتما بالإسلام وليتكما، وإن أبيتما [ أن تقرا بالإسلام ] فإن ملككما زائل، وخيلي تحل بساحتكما، وتظهر نبوتي على ملككما.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad Rasulullah kepada Jifir dan Abd Abny. Keselamatan ke atas mereka yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du. Masuklah Islam kalian berdua akan selamat. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada semua manusia, agar aku mengingatkan mereka yang masih hidup dan pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.
Jika kalian berdua setuju untuk masuk Islam, maka aku akan menjadikan kalian berdua sebagi wakilku, jika kalian berdua menolak, sesungguhnya kerajaan kalian akan jatuh, dan pasukanku akan memasuki daerah kekuasaan kalian, dan akan nampak kenabianku di kerajaan kalian.
Dialog Duta dan Putra Mahkota
Ketika Amru ibn Ash mengantarkan surat ini, beliau sengaja memilih untuk bertemu Abdu terlebih dahulu karena dikenal lembut dan baik.
Amru berkata : Aku utusan Rasulullah SAW kepadamu dan kepada kakakmu.
Abdu menjawab : Saudaraku lebih tua dan lebih berkuasa, saya akan hantar kamu menghadapnya untuk membacakan surat yang kamu bawa.
Abdu : Apa yang kamu tawarkan/ajak?
Amru : Kami mengajak untuk menyembah Allah tanpa menyekutukannya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.
Abdu : Wahai Amru, kamu adalah anak seorang tokoh kaummu, lalu apa yang bapakmu lakukan? Kalau kami, mereka selalu menjadi panutan.
Amru : Meninggal dan belum beriman kepada kenabian Muhammad, saya mengharap sekali kalau dia bisa masuk Islam dan mengimaninya. Saya dahulu sependapat dengannya sampai saya mendapat hidayah untuk masuk Islam.
Abdu : Kapan kamu mengikutinya (Muhammad)?
Amru : Belum lama.
Abdu : Di mana kamu masuk Islam?
Amru : Di tempat Najasyi. Amru memberitahukan juga bahwa al-Najasyi sudah masuk Islam.
Abdu : Lalu apa respon rakyatnya terhadap posisinya?
Amru : Mengakuinya dan mengikutinya.
Abdu : Para rahib juga mengikutinya?
Amru : Ya
Abdu : Wahai Amru, Kamu paham dengan apa yang kamu katakan, … dari pada berdusta.
Amru : Saya tidak berbohong, dan berbohong itu tidak dibenarkan dalam agama kami.
Abdu : Saya rasa Hiraklius tidak mengetahui keislaman al-Najasyi.
Amru : Tidak, dia mengetahuinya.
Abdu : Dari mana kamu mengetahuinya?
Amru : Dahulu Najasyi membayar upeti ke kaisar Romawi. Namun setelah dia masuk Islam dan mempercayai kenabian Muhammad, dia tidak lagi membayar upeti itu. Kondisi ini diketahui Hiraklius, lalu saudaranya berkata: Apakah kamu biarkan dia tidak bayar upeti dan meninggalkan agama kita? Kaisar berkata: Seorang yang cinta dengan agamanya, apa yang dapat aku lakukan. Demi Allah, kalau bukan karena beban kerajaan ini, aku sudah melakukan hal yang sama.
Abdu berkata : Kamu serius dengan perkataan kamu, wahai Amru?
Amru menjawab : saya sudah jujur kepadamu
Abdu : Beritahu saya, apa yang diperintahkan (Muhammad) dan apa yang dilarang.
Amru : Dia memerintahkan ta’at kepada Allah dan melarang untuk bermaksiat. Mengajarkan kebaikan dan silaturahim, melarang kezaliman dan permusuhan, zina, khamar dan menyembah batu, patung dan salib.
Abdu : Alangkah baik apa yang diajarkannya, kalaulah saudara saya mau mengikutiku, niscaya kami akan menemuinya dan percaya akan kenabian Muhammad. Akan tetapi saudaraku itu sangat tamak dengan kekuasaan.
Amru : Jika dia masuk Islam, maka Rasulullah SAW akan menjadikan dia pemimpin kaumnya. Dia akan memungut zakat dari yang kaya lalu menyalurkannya kepada yang miskin.
Abdu : Ini benar-benar akhlak yang mulia. Tapi apa itu sedekah?
Amru ibn ‘Ash kemudian menjelaskan panjang lebar tentang ajaran-ajaran Islam yang semakin membuat Abdu terkagum-kagum, dan akhirnya dia pun menyatakan masuk Islam.
Dialog Raja dan Duta
Seperti yang sudah diduga, untuk menemui raja yang merupakan kakak dari Abdu, cukup sulit. Beberapa kali ‘Amru ditolak untuk bertemu, sampai akhirnya lewat mediasi Abdu, pertemuan langsung itupun terjadi.
Setelah membaca surat, diapun bertanya: Apa yang dilakukan oleh Quraisy?
Amru menjawab : Mereka mengikutinya, baik secara suka rela atau dipaksa dengan pedang.
Raja bertanya lagi : Siapa pengikutnya?
Amru menjawab : Orang-orang yang senang kepada Islam dan memilihnya dibanding agama lain, mereka mengetahuinya dengan akal pikiran mereka dan hidayah Allah kepada mereka setelah mereka dalam kesesatan, dan saya tidak mengetahui ada orang selain engkau yang masih tetap dalam kesesatan ini. Dan jika engkau tidak masuk Islam sekarang maka akan ada pasukan yang menyerang kerajaanmu, karena itu maka masuklah Islam, kamu akan tetap dijadikan pemimpin kaummu, dan tidak akan ada tentara dan pasukan kuda yang menyerang kerajaanmu.
Raja berkata : Biarkan saya berpikir hari ini dan kembalilah ke sini besok.
Akhir Cerita
Esoknya, Amru kembali menemui raja, namun raja tidak mau menerimanya. Amru pun menceritakannya kepada Abdu. Lewat mediasinya, Amru akhirnya diterima juga.
Raja berkata : Saya sudah memikirkan ajakan kamu, saya adalah raja Arab yang paling lemah jika saya serahkan kerajaan saya ini kepada seorang yang pasukannya belum lagi sampai di sini. Jika pasukannya benar-benar sampai di sini, maka akan terjadi peperangan yang tidak seimbang.
Amru berkata : Saya pulang besok.
Abdu mendekatinya dan berkata : Kami tidaklah seperti yang tadi kelihatan. Setiap ada ajakan selalu diterimanya.
Ketika pagi tiba, Amru diberitahukan bahwa raja dan adiknya (putra mahkota) memeluk Islam.