Surat kepada Kaisar Romawi
Surat ini dikirim bersamaan atau berdekatan waktunya dengan pengiriman surat-surat lainnya.
Pembawa surat ini, atau dutanya adalah Dihyah ibn Khalifah al-Kilbi. Beliau diperintahkan untuk menyerahkan surat ini melalui penguasa Busra untuk kemudian disampaikan kepada Kaisar.
Isi surat:
بسم الله الرحمن الرحيم .
من محمد عبد الله ورسوله إلى هرقل عظيم الروم، سلام على من اتبع الهدي، أسلم تسلم، أسلم يؤتك الله أجرك مرتين، فإن توليت فإن عليك إثم الأريسيين { يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللهِ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ }
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya, kepada Hiraklius Kaisar Romawi. Keselamatan ke atas mereka yang mengikuti petunjuk. Masuklah Islam engkau akan selamat. Masuklah Islam, Allah akan memberimu pahala dua kali. Jika engkau menolak, maka engkau akan menanggung dosa kaum Arisiyyin. Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).
(QS 3:64)
Kaisar Romawi bertanya tentang Nabi SAW
Sebelum pengiriman surat ini, diceritakan bahwa sudah pernah terjadi dialog antara Kaisar dengan rombongan kafilah dagang Makkah yang dipimpin oleh Abu Sufyan, karena berita tentang sudah munculnya seorang nabi dari Makkah sampai ke telinga Kaisar.
Pertemuan tersebut terjadi di Ellat dekat Baitul Maqdis.
Abu Sufyan beserta rombongan kafilah datang memenuhi undangan Kaisar yang sudah menunggu dengan dikelilingi oleh para pemuka Romawi dibantu dengan penterjemah.
Kaisar bertanya: Siapa diantara kalian yang paling dekat nasabnya dengan orang yang mengaku nabi itu?
Abu Sufyan menjawab: Saya yang paling dekat nasabnya.
Kaisar berkata: Dekatkan dia kepadaku dan dekatkan para sahabatnya. Aku akan bertanya mengenai orang itu (nabi), jika dia (Abu Sufyan) membohongiku, maka kalian katakan bahwa itu bohong.
Abu Sufyan yang belum lagi memeluk Islam, menambahkan ceritanya dengan berkata: Demi Allah, kalaulah bukan karena malu yang akan menimpaku, niscaya saya akan berkata dusta tentangnya.
Dialog Kaisar dengan Abu Sufyan
- Kaisar bertanya : Bagaimana nasabnya di mata kalian?
- Aku menjawab : Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik.
- Dia bertanya : Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?
- Aku menjawab : Tidak.
- Kaisar bertanya : Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya?
- Aku menjawab : Tidak.
- Kaisar bertanya : Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?
- Aku menjawab : Para pengikutnya adalah orang-orang lemah.
- Kaisar bertanya : Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?
- Aku menjawab : Bahkan mereka semakin bertambah.
- Kaisar bertanya : Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?
- Aku menjawab : Tidak.
- Kaisar bertanya : Apakah kamu sekalian memeranginya?
- Aku menjawab : Ya.
- Kaisar bertanya : Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?
- Aku menjawab : Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.
- Kaisar bertanya : Apakah dia pernah berkhianat?
- Aku menjawab : Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Abu Sufyan menyelingi ceritanya dengan berkata: Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.
- Kaisar bertanya lagi : Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?
- Aku menjawab : Tidak.
Penafsiran Kaisar
Selanjutnya Hiraklius berkata kepada penterjemahnya: Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.
Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya.
Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul.
Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah.
Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.
Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna.
Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan.
Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat.
Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.
Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu?
Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela.
Pengakuan Kaisar
Hiraklius berkata: Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya. Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.
Kaisar membaca surat Rasulullah SAW di atas.
Selesai ia membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu ia memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan. Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar: Benar-benar telah tersiar ajaran Ibn Abu Kabasyah, dan sesungguhnya ia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi. Abu Sufyan berkata: Aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah SAW bahwa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku.