Tuntunan Praktis
Perjalanan Ibadah Haji

Hikmah Mabit di Mina

Jamaah haji melaksanakan Mabit di Mina sebagai kelanjutan dari suatu pelaksanaan ibadah sebelumnya, dan dilaksanakan pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah (bagi jamaah yang Nafar Awal), dan tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah bagi yang Nafar Tsani.

Selama mabit di Mina, jamaah haji harus mampu menghayati makna dan hikmah, dengan banyak dzikir, berdo’a dan menghayati perjalanan Rasulullah Saw. dan para Nabi sebelumnya. Dalam Al Qur’an dijelaskan dengan firman-Nya:

وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْدُودَٰتٍ

Dan berdzikirlah kamu kepada Allah pada hari-hari yang terbilang.
(Al Baqarah: 203)

Rasulullah Saw. bersabda:

  أَيَّامُ مِنًى ثَلَاثَةٌ

(رواه أحمد و أبو داود)

Hari-hari (tinggal) di Mina adalah tiga hari.
(HR. Ahmad dan Abu Daud)

Maka terdapat dua pekerjaan yang perlu dilakukan oleh jamaah haji selama di Mina:

  1. Melontar jumarah, yang pada hari Nahar melontar Jamrah Aqabah dan pada hari Ayyamut Tasryiq melontar Jamrah Ula, Jamrah Wustho dan Jamrah Aqabah.
  2. Mabit, yakni tinggal dan menginap di Mina selama malam hari Ayyamut Tasyriq.

Aisyah Ra., istri Rasulullah Saw. mengemukakan:


أًفَاضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى مِنَى فَأَقَامَ بِهَا أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ ثَلَاثَةَ 

(رواه ابن حبان)

Rasulullah Saw. melakukan ifadhah (thawaf ke Makkah),  kemudian kembali ke Mina, lalu tinggal di Mina selama tiga hari Tasyriq.

(HR. Ibnu Hibban)

Diantara keistimewaan Mina adalah kawasan ini pada  hari biasa tampak sempit dan selalu menjadi luas secara otomatis sehingga dapat menampung seluruh jamaah, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:“

Sesungguhnya Mina ini seperti rahim, ketika terjadi kehamilan, daerah ini diluaskan oleh Allah Swt.”. Maka semestinya kita tidak perlu khawatir tidak dapat tempat di Mina.